Sabtu, 19 April 2014

aku harus menunggu, lagi lagi :'(

Kau harus tahu,
langit dan bumi tidak pernah menyatu,
tapi ketika hujan, mereka bisa bersatu erat saling bercengkerama begitu indah, atas setiap tetesnya.
Amat mesra saling menyapa.

Kau harus tahu,
lautan dan matahari tidak pernah menyatu.
tapi ketika sunset, matahari tenggelam di kaki langit sana,
maka garis horizon laut memeluk erat sang matahari.
Untuk besok berjanji kembali akan bersua
Di sini, di tempat yg sama, di waktu terjanjikan

Kau harus tahu,
bulan dan permukaan kolam jauh saja letaknya
tapi saat purnama, tataplah permukaan kolam yang tenang
maka bulan persis berada di dalam relung hatinya
Memantulkan bayangan begitu anggun
kebersamaan singkat yang begitu mempesona

Maka,apalagi kita?
Manusia yang tinggal di tanah yg sama
Kita tidak dipisahkan bagai langit dan bumi
Kisah cinta kita bisa begitu spesial
Di tangan orang2 yang bersabar dan senantiasa tahu batasnya.
Sungguh percayalah

Kamis, 10 April 2014

Hingga hari ini aku hanya berkutat dengan harapan-harapan, karena ternyata, itulah yg tersisa.

Sehari yang lalu seseorang itu bisa jadi "everything" kita, untuk besok lusa "nothing" yang tersisa. Oleh karena itu, pandai-pandai-lah mengendalikan harapan. Apalagi, jangan sampai, kita melakukan "everything" untuk seseorang yang menganggapnya "nothing". Itu rumit dan menyesakkan.
Semua kehilangan itu menyakitkan. Apa pun bentuk kehilangan itu, ketahuilah, cara terbaik untuk memahaminya adalah selalu dari sisi yang pergi. Bukan dari sisi yang ditinggalkan.
 

Rabu, 02 April 2014

“Hidup ini terbatas dan hanya sekali. Jadi jangan habiskan dalam kehidupan orang lain--sedangkan kita tidak pernah jadi bagian hidupnya."

“Urusan ini sebenarnya amat sederhana. Seseorang yang mencintaimu karena fisik, maka suatu hari ia juga akan pergi karena alasan fisik tersebut. Seseorang yang menyukaimu karena materi, maka suatu hari ia juga akan pergi karena materi. Tetapi seseorang yang mencintaimu karena hati, maka ia tidak akan pernah pergi! Karena hati tidak pernah mengajarkan tentang ukuran relatif lebih baik atau lebih buruk.”

Berakhlak mulia

Berakhlak mulia itu boleh jadi sama saja dengan membiarkan orang lain berprasangka buruk, membenci, bahkan memfitnah kita, sedangkan kita sendiri selalu berusaha berprasangka baik, menyayangi, terus saling mengingatkan, menasehati, bahkan menyanjung orang lain.

Berakhlak mulia itu boleh jadi membuat kita senantiasa tergugu, sakit, sesak, menangis dalam hati hanya demi benar2 menjaga agar pikiran, lisan. Sedangkan orang lain boleh jadi seperti air di daun talas, becek mulutnya, becek jemarinya mengetik tidak terbendung.

Berakhlak mulia itu bisa jadi membuat kita berpikiran pendek, ringan hati membantu meski untuk memberikan separuh kekayaan kita, sedangkan orang lain berpikir sepanjang langit dan bulan, berat hati menolong padahal kita berhak menerima pertolongan itu.

Berakhlak mulia itu bisa jadi membuat kita tidak populer, dijauhi bahkan mungkin dimusuhi. Sementara kita sebenarnya tidak melakukan apa-apa selain teguh atas sesuatu yg kita yakini kebaikannya. Sebaliknya orang2 lain boleh jd disenangi, dipuja2 sejuta orang melakukan sesuatu padahal itu sungguh sebuah keburukan.

Berakhlak mulia itu boleh jadi memang tidak pernah mudah.

Tapi tidak mengapa, karena dengan akhlak mulia itulah ketenteraman hati akan datang. Tidak megah dan hebat di dunia, tapi kelak, akan ditukar dengan sesuatu yang amat mulia. Insya Allah.